Jumat, 31 Mei 2013

festival seni rupa 2013


        Festival seni rupa 2013
      Art for revolution
       Oleh: fadlan fahrozi


        Berbicara mengenai festival pasti selalu tergambar event dan kompotesi didalamnya antara perupa, siwa, mahasiswa Dan yang lainnya,  berbicara mengenai festival senirupa 2013, juga tidak terlepas dari kata event dan kompetisi yang terjadi didalamnya, kompetisi dalam ranah seni rupa memiliki warna yang berbeda jika dibandingkan dengan kompetisi kompetisi yang terjadi dalam seni musik, tari,drama dan lainnya, seorang kontestan musik pada acara festival musik akan melakakukan performance diatas panggung dengan nomor lot yang dimiliki dan menampilkan  performance dengan skill(kemampuan) yang dimiikinya, kemudian ketentuan penilaian dilakukan oleh juri maupun menggunakan sistem vothing (pemilihan suara).
Beralih ke Ranah seni rupa, kompetisi dilaksanakan dengan warna yang berbeda, kompitisi  terjadi hanya pada karya yang dipamerkan perupa dengan nominasi dan ketentuan tertentu,  penghargaan masyarakat yang tinggi terhadap karya, merupakan apresiasi yang tak ternilai harganya  jika dibandingkan dengan nilai nominal uang yang dijanjikan. Sedangkan dalam bentuk kompetisi lainnya seperti lomba mengambar, melukis komik strip dan lainnya, diselenggarakan secara universal oleh tiap-tiap peserta lomba dan keputusan ditentukan oleh seorang atau sekelompok juri.
Sekarang timbul pertanyaan bagi kita, apakah karya yang ikut atau yang lolos dalam pameran festival seni rupa 2013, sudah siap berkompetisi antara karya yang satu dengan karya yang lainnya........????
Mencoba menjawab pertanyaan tersebut; pameran seni rupa 2013 sengaja diselengarakan untuk meningkatkan dan mengembangkan appresiasi masyarakat sosial terhadap karya seni, khususnya “seni rupa” oleh karena itu perlu kiranya dilakukan proses pengkurasian terhadap karya perupa, supaya karya yang lolos atau siap untuk dipamerankan adalah karya-karya yang bermutu, berkualitas dan siap untuk berkompetisi.
            Dalam proses penciptaan karya seorang perupa cendrung menvisiualisasikan objek yang disenanginya, hal tersebut merupakan  buah dari imajinasi, ekpresi, kreasi maupun pengalaman emprikal seorang perupa dan  direpresentasikan kembali kedalam karya seni yang diciptakan perupa itu sendiri.
 Walaupun pengalaman emprikal bagian konseptual dari kekaryaan perupa,  penciptaan karya seni tidak dianjurkan untuk keluar dari koridor dan ketentuan nilai estetika  yang telah  disepakati bersama, Aristoteles seorang filsuf yunani kono dalam bukunya mengatakan “keindahan tidak hanya nilai yang dimiliki oleh suatu benda saja, perilaku yang indah merupakan bagian dari estetika”, sehingga Sebelum karya seni disajikan dalam event berpameran,  sebelum pengkurasiaan dilakukan oleh seorang kurator,
sebaiknya pengkurasian awal  dilakukan didalam diri perupa  sendiri,  baik atau buruknya penilaian tarhadap karya yang akan disajikan memiliki takaran tersendiri didalam diri perupa.
Sama halnya pada saat kita Berbicara mengenai era kontemporer(kekinian) segala sesuatu dapat dijadikan karya seni apabila memiliki ide, konseptual  dan bisa dipertanggung jawab oleh perupa itu sendiri, jadi dalam era kontemporer karya seni dinyatakan baik apabila dapat dipertanggung jawabkan oleh perupa itu sendiri ,baik itu dalam segi ide dan konsep dan teknik pembuatan.
            Dalam upaya membangun dan mengembangkan tatanan apresiasi  tinggi terhadap  karya seni khususnya “seni rupa “ yang dilakukan oleh kelompok masyarakat sosial, merupakan tanggung jawab semua pihak yang melaksanakan proses berkesenian, baik itu para pencipta karya seni, pengkaji, penulis maupun manajemen seni rupa itu sendiri, baik atau buruknya pencitraan karya seni dimata masyarakat sosial tidak terlepas dari proses berkesenian yang terjadi didalamnya , proses berkesenian yang baik akan meningkatkan kapasitas dan kualitas perupa dalam menciptakan karya seni sebagai produk intelektual, dan menanamkan apresiasi yang tinggi terhadap karya seni oleh kelompok masyarakat sosial.
Dalam penyelenggaraan pameran festival seni rupa 2013 penikmat karya seni bebas untuk mengupas karya-karya yang disajikan dalam event pameran, baik itu secara ide, konseptual, teknik pengerjaan, sehingga tidak akan meninggalkan ruang kosong dalam diri penikmat, karena karya seni tidak hanya sebagai artefak discovery tetapi juga akan memberikan cerita tersendiri saat dinikmati.
            Semoga dengan diadakannya event pameran festival seni rupa 2013 yang diselenggarakan oleh HMJ Seni Rupa UNP akan memberikan warna tersendiri dalam proses artistik yang baik di sumatra barat( west sumatra) dan menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap karya seni rupa dalam upaya membangun iklim berkesenian di sumatra barat.
Amiiien..........
             Berbicara tentang seni sangat memiliki defenisi yang universal(luas) artinya apa....???
setiap orang memiliki pemahan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, Begitu juga halnya  dengan seni rupa, setiap orang juga memiliki pemahaman yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, walaupun demikian berbicara tentang seni rupa tidak akan terlepas dari kata imajinasi,ekpresi, emosional, kreativitas, estetika dan lainnya.
Dalam proses berkesenian, khususnya “seni rupa” ada beberapa pengelompokan struktural yang terjadi didalamnya diantaranya penciptaan, pengkaji dan manajemen seni rupa itu sendiri,  memang tidak bisa dipungkiri kalau kita melihat iklim dan ruang berkesenian (art space) didaerah kita belum terjalin secara efektif dan efesien, opini lain mengatakan hal tersebut salah satunya dikarenakan kekosongan struktural berkesenian di daerah kita.
 Seperti kutipan yang ditulis oleh bapak safwan ahmad pada katalog pameran seni rupa MERAPI SINGGALANG “parupa di sumatra barat adalah para partisan, pejuang yang berjuang secara partisan untuk menghidupi seni bukan hidup dari seni” jadi kekosongan secara struktural dalam berkesenian selalu diisi oleh perupa itu sendiri, dikarenakan tidak ada yang mampu atau bersedia untuk mengisi kekosongan tersebut, agar proses berkesenian di sumatra barat tetap hidup.
   Sedikit mengevaluasi permasalahan yang terjadi dalam iklim berekesenian di daerah kita, hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama (semua pihak yang terlibat dalam proses berkesenian) oleh karena itu perlu kiranya  kita  sebagai perupa-perupa minang yang masih yang berdomisili di daerah, untuk melakukan inovasi  dan perubahan demi tercapainya tujuan membangun  iklim berkesenian yang baik. Salah satunya dengan melakukan proses berkesenian yang baik, dan mengisi kekosongan-kekosongan struktural berkesenian.
 Jadi apa yang dimaksud Art for revolution (seni untuk perubahan)......????
Yang dikatakan seni untuk perubahan disini yaitu, proses berkesenian yang kita lakukan sekarang sebaiknya berdampak positif dimasa yang akan datang seperti halnya teori sebab akibat(kausalitas).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar